Coba Cari

06 Maret 2004

Pengamen nan pe-de

tadi siang aku naik bus. pada suatu ruas jalan masuklah seorang lelaki.cukup gagah. pake kacatamata. rambut gondrong a la bucheri (bule-cet-sendiri). baju dan celana jean belel. menenteng gitar. ya, ia pengamen.penampilan ok banget.

tapi sejak petikan pertama snar gitar dan nada pertama tembangnya, akundak bisa menahan geli. lha gimana tidak: petikan penuh semangat tapimain pada kunci yang sama. demikian pula lagunya. ia bernyanyi penuhsemangat tapi hampir semua nadanya sama-tinggi ... saingan deh ama DikBagus! (bocah pengamen di Bandung pada kisah Tiga Orang Jayuz jilid II itu). tapi aneh, orang tadi memetik-gitar dan menyanyi dengan penuhpercaya diri. setidaknya, demikian kesanku.

sejujurnya, aku pengen tertawa lepas. atau, pengen bilang: Mas, lebihmerdu kalo ndak nyanyi deh ... tapi ndak sampe hati. masih terngiangmelodi gitar dan nada suaranya, sampai ketika kuketikkan ini.entah kenapa koq aku masih penasaran: apa sih yang membuat orang tadibegitu pe-de, baik dengan gaya penampilan maupun tarik-suaranya?dipaksa oleh keadaan sehingga ia harus mengamen dengan modal suara &gitar "seadanya"? aku tidak tau.

atau, aku bertanya pada diri sendiri: kriteria "baik-indah-berguna" iturelatif? barangkali aku saja yang belum mampu menikmati apa yang sipengamen tadi bisa nikmati (sendiri)? barangkali ia telah sampai padatitik di mana ia telah menemukan kebenaran kriteria "baik-indah-berguna" (setidaknya buat dirinya sendiri). who knows?

ya wis. itu sekedar kisah hari ini.

salam-penasaran,
(^_^)

Tidak ada komentar: