Coba Cari

20 November 2007

Tanya-jawab Singkat Seputar Kerasulan-Doa



1. Apakah Kerasulan Doa itu?

Kerasulan Doa (KD) adalah salah satu jalan-kesucian yang disediakan dan ditawarkan Gereja Katolik kepada kita semua. Sebutan “jalan” menunjuk pada sisi dinamis dari proses yang mesti kita tempuh dengan bantuan rahmat Tuhan.

2. Apa saja praktek jalan-kesucian yang ditawarkan KD pada umumnya?

Ada lima program atau agenda. Kita diajak untuk (I) setiap hari mendoakan Persembahan-harian, dengan Ekaristi sebagai sumber dan pusatnya; (II) memupuk kebaktian kepada Hati Yesus Yang Mahakudus maupun (III) kebaktian kepada Bunda Maria; juga (IV) mengembangkan kesepahaman dengan Gereja, serta (V) mengembangkan hidup rohani secara bertanggung-jawab. Dengan demikian, KD disebut juga sebagai sekolah-doa.

3. Apakah KD itu terbuka untuk semua orang Katolik?

Benar. Karena spiritualitas KD bersifat sangat katolik (umum), maka semua orang Katolik –baik klerus, religius maupun awam-- bisa ikut serta di dalam gerakan doa ini.

Sudah sejak lama para paus menganjurkan agar setiap orang Katolik bergabung dalam gerakan doa ini. Misalnya, mendiang Paus Pius XI pernah berkata: “Ada banyak bentuk kerasulan (dalam Gereja): kerasulan doa, kerasulan kerja, kerasulan media massa, kerasulan sabda ... tetapi tidak setiap kerasulan tersebut memungkinkan semua orang Katolik bisa menjadi aggotanya ... Namun demikian, semua hendaknya menjadi anggota Kerasulan Doa karena semua bisa berdoa. Kerasulan inilah yang paling mungkin untuk semua, dan karena itulah menjadi tugas bagi semua.” (29 Sept 1927)

4. Kapan dan di mana untuk pertama-kalinya KD dimulai?

KD bermula dari gerakan sekelompok frater Jesuit (Serikat Jesus) di Vals, Prancis, pada tahun 1844. Para frater begitu antusias untuk segera bekerja di tanah misi. Tapi tugas utama mereka saat itu adalah studi. Bagaimana energi dan antusiasme itu disalurkan? Sang pembimbing-rohani (Pater F.X. Gautrelet, SJ) menantang mereka: “Jadilah rasul sekarang juga, yaitu rasul-doa! Persembahkan segala yang kaukerjakan hari ini dalam kesatuan dengan Hati Jesus untuk segala yang Dia kehendaki, yakni meluasnya Kerajaan-Nya demi keselamatan jiwa-jiwa.” Inilah cikal-bakal bentuk persembahan-harian sebagaimana kita kenal sekarang.

5. Bagaimana KD lantas menjadi milik Gereja?

Pater Henry Ramière, SJ sangat berjasa membuat gerakan tadi semakin dikenal luas, khususnya melalui bukunya tentang KD. Adanya majalah “Messenger of the Sacred Heart” (1861) juga membuat KD semakin menarik minat orang-orang lain, termasuk Paus –yang lalu mempercayakan ujud bulanan (Ujud Umum) kepada kelompok KD. Pada tahun 1929, Ujud Misi juga ditambahkan oleh Paus.

Demikianlah KD menjadi kelompok-doa milik Paus, karena selama lebih dari 100 tahun para paus tidak hanya menyetujui keberadaan KD dalam Gereja Katolik, tetapi bahkan beliau juga merekomendasikan dan mempromosikan KD sebagai “jalan kesucian” yang sederhana bagi semua kaum beriman. KD dipercayakan kepada Serikat Yesus (SY, atau SJ –Societas Jesu) untuk lebih dikembangkan.

6. Apakah dengan demikian KD lantas menjadi karya para Jesuit saja?

Tentu saja tidak. KD memang bermula dari gerakan di kalangan para skolastk Jesuit. Demikian pula Pimpinan (Jendral) dari ordo Serikat Jesus juga yang selalu ditunjuk untuk menjadi Direktur Jendral KD. Akan tetapi, KD merupakan milik Gereja. Artinya, menjadi karya kerasulan dari setiap anggota Gereja. Karena setiap anggota Gereja diharapkan turut mendukung dalam doa apa yang menjadi ujud-ujud Paus maupun para uskup di wilayah gerejawinya masing-masing.

7. Telah dikatakan bahwa kita diajak turut mendoakan ujud-ujud dari Paus. Apa artinya?

Ada ujud bulanan dari Paus, yakni yang kita kenal sebagai Ujud Umum dan Ujud Misi. Paus mengajak seluruh Gereja mendoakan apa yang menjadi permohonannya. Mendoakan berarti juga ikut mengupayakan agar permohonan itu diwujudkan. Karena Tuhan berkenan mengabulkan setiap permohonan kita dengan melibatkan kita. Lain kata, melalui dan bersama kita. Misalnya saja bersama Paus kita mohon agar “setiap orang memperoleh rezeki yang mencukupi.” Ketulusan doa kita akan menggerakkan hati kita untuk berbagi rezeki dengan siapa saja yang berkekurangan di sekitar kita.

8. Maka doa mewujud dalam tindakan. Begitukah?

Tepat. Kalau berdoa dimengerti sebagai sekedar mendoakan dengan mulut ujud-ujud bulanan Paus, maka anggapan itu tidak tepat. Doa yang benar selalu mengarah pada tindakan nyata. Yang kita doakan tidak hanya berhenti di bibir. Mestinya ujud-ujud itu meresap ke dalam hati karena kita renungkan. Dan kalau memang hati dengan tulus merenungkankannya, hampir pasti Tuhan menggerakkan kita untuk mewujudkan apa yang kita mohonkan itu.

9. Dengan demikian ada unsur kerasulan dan ada pula unsur doa?

Tepat. Disebut “kerasulan” karena ada unsur pengutusan dalam KD. Kita diutus untuk mengupayakan agar Kabar Baik disadari dan dialami oleh setiap makhluk. Lalu pengutusan ini selalu dikaitkan dengan “doa”. Kenapa? Karena upaya untuk selalu mencari dan melayani Tuhan dalam hidup sehari-hari menjadi cara-bertindak dari KD. Maka dalam KD selalu ada dua unsur ini: yakni doa (prayer) dan pelayanan nyata (service). Kerasulan dalam arti sebenarnya selalu melibatkan kedua aspek yang tak-terpisahkan ini.

10. Apa maksudnya bahwa doa dan karya merupakan dua hal tak bisa dipisahkan?

Setiap rasul-doa diharapkan bisa memadukan hidup-doa dengan tindakan-nyata. Perlu digaris-bawahi bahwa hidup-doa dan kehidupan-nyata bukanlah dua realita yang dipisahkan. Doa memberi inspirasi (spirit, api, gairah) pada hidup yang dijalani, serentak hidup-nyata menjadi pijakan nyata doa-doa kita. Lain kata, ada relevansi antara keduanya. Dimengerti secara demikian, maka seorang rasul-doa diharapkan menjadi seorang kontemplatif dalam aksi (contemplativus in actione)

11. Apakah KD memiliki (semacam) organisasi?

Ada. Pimpinan Serikat Jesus adalah Direktur Jendral KD sedunia. Karena segala kesibukannya sebagai pimpinan tarekat, biasanya beliau menunjuk seorang wakil (delegatus). Delegatus-lah yang langsung menangani KD di seluruh dunia.

Direktur Jendral juga mengangkat seorang Jesuit dalam wilayah tertentu (disebut provinsi SJ) sebagai Sekretaris Nasional, yang bertugas membantu para uskup mengembangkan KD di keuskupannya masing-masing. Adalah tugas dan wewenang setiap uskup untuk menunjuk seorang imam (bisa juga diakon) untuk menjadi Direktur KD di tingkat keuskupan. Sayangnya, di keuskupan-keuskupan Indonesia hal itu belum terjadi.

Yang bekerja-sama dengan Sekretaris Nasional maupun Direktur Diosesan disebut promotor. Ini bisa dan boleh siapa saja. Tentu saja, yang bersangkutan diharapkan mengerti dan mencoba menghayati spiritualitas KD sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar (1968) maupun Piagam Kerasulan Doa (2003).

12. Lantas bagaimana KD di Indonesia dikembangkan?

Ada majalah bulanan Utusan (Kanisius, Yogyakarta) yang turut menyebar-luaskan spiritualitas KD. Buklet tentang KD maupun leaflet ujud-ujud bulanan dari Paus pun dicetak dan disebar-luaskan. Meski masih terbatas cakupan wilayahnya, safari KD melalui Ekaristi Harian maupun Mingguan di paroki-paroki juga dibuat. Yang sedang dirancang dan diuji-cobakan saat ini adalah rekoleksi, retret (atau weekend) dan pelatihan Christian formation dengan KD sebagai titik-tolaknya.

13. Bagaimana saya bisa membantu?

Mulai saja dengan mempraktekkan apa yang ditawarkan oleh KD (lihat pertanyaan nomor 2 di atas). Apabila Anda tetap merasa tergerak untuk menjadi anggota dan/atau promotor dengan ikut menyebar-luaskan KD, Anda bisa menghubungi alamat berikut:

SEKNAS KERASULAN DOA
Jl. Johar Baru VIA/6, Jakarta Pusat 10560, Indonesia
Tlp. 021-4209377, 4201874
E-mail: atotosj@gmail.net

Tidak ada komentar: