Coba Cari

20 November 2007

PIAGAM KERASULAN-DOA

"Jalan-Kesucian bagi Umat Kristiani Milenium Ketiga"

Berdoa bukan berarti melarikan diri dari kenyataan hidup dengan segala permasalah-annya. Sebaliknya, berdoa berarti memilih untuk menghadapi kenyataan tersebut –bukan dengan kekuatan kita sendiri, tetapi dengan kekuatan yang datang dari Atas, yakni kuasa kebenaran dan kasih yang semata-mata bersumber pada Tuhan. Berhadapan dengan kelicikan kuasa-kejahatan, kaum beriman dapat mengandalkan Tuhan, yang pasti menghendaki apa yang baik. Mereka bisa berdoa kepada-Nya dengan keberanian untuk menghadapi kehidupan, bahkan dengan kesulitan yang paling besar sekalipun, dengan rasa tanggung-jawab pribadi, tanpa menyerah pada fatalisme ataupun reaksi-reaksi impulsif belaka (Yohanes Paulus II, 2 Januari 2002).

Diteguhkan oleh kata-kata Bapa Suci di atas, Kerasulan Doa (KD) siap-sedia mengemban dengan semangat baru pelayanan yang dipercayakan kepadanya untuk mendukung kaum Kristiani dalam menyatukan doa-doa dan kehidupan mereka dengan doa dan pengutusan Gereja universal, sebagaimana tertuang dalam ujud-ujud bulanan Bapa Suci.

Persembahan-harian

Agar doa dan kehidupan kita disatukan dengan doa dan pengutusan Gereja universal tersebut, KD menganjurkan agar hari baru selalu kita awali dengan mempersembahkan diri kita seutuhnya, baik suka-duka maupun sukses-gagal kita, bagi keselamatan dunia. Kita membuat persembahan diri ini dalam kesatuan dengan Yesus Kristus dan di bawah inspirasi Roh Kudus. Dengan persembahan ini kita bertekad hendak mengikuti teladan Yesus Kristus sendiri.

Salah satu bentuk persembahan-harian yang bersifat Triniter bisa dibuat seperti berikut:

Allah Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini.
Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan,
tindakan maupun suka-dukaku hari ini
dalam kesatuan dengan Putera-Mu Yesus Kristus,
yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia.
Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku pun siap-sedia menjadi saksi kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci untuk bulan ini: …

Cara hidup yang baru

Banyak pengalaman telah menunjukkan bah-wa persembahan-diri yang tampak bersahaja tersebut sungguh mengubah hidup orang secara luar-biasa. Sesungguhnya, akan mustahillah jika hari demi hari orang mem-persembahkan ada dan tindakannya dalam kesatuan dengan Kristus bagi keselamatan dunia, lantas serentak ia akan bersikukuh dengan sikap dan pikiran yang hanya sedikit atau malah sama sekali tidak ada nilai keselamatannya. Apabila dilakukan dengan kesungguhan yang sepantasnya, persembahan-harian akan memurnikan hati kita, pikiran maupun cara-pandang kita; sehingga juga memungkinkan kita untuk mencintai dan melayani Tuhan Allah dalam segala sesuatu. Orang pertama yang akan diubah oleh persembahan-harian tersebut tidak lain adalah diri orang itu sendiri.

Hidup kita menjadi sebuah proyek

Hidup kita tidak melulu terdiri dari alur waktu yang lewat begitu saja, pun bukan sebuah ujian yang diwajibkan untuk ditempuh. Lebih dari itu semua, hidup kita adalah sebuah proyek. Kita hidup untuk ambil-bagian dalam pembangunan Kerajaan Allah melalui setiap tindakan positip kita. Persembahan-harian membantu kita dalam upaya pencarian untuk bisa menemukan, melayani, menyentuh dan mengasihi Tuhan Allah dalam diri setiap orang, dalam segala sesuatu dan dalam segala situasi kehidupan kita.

KD dipanggil untuk “membuat setiap anggotanya menyadari nilai pengudusan maupun apostolik dari hidup harian mereka, yakni dilihat sebagai sebuah kerja-sama dengan mahakarya Sang Pencipta dan Penebus, dan menggenapkan dalam diri mereka apa yang kurang dalam penderitaan Kristus (bdk. Kol 1:24)” (Yohanes Paulus II, 1985).

Doa kita memiliki dimensi universal

Kita bekerja-sama dengan Kristus tidak hanya lewat pekerjaan dan tindakan kita. Kristus sendiri menyarankan agar kita meminta kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu (Mat 9:38). Sudah dari awal-mulanya, KD memanggil semua kaum beriman untuk selalu menghunjukkan doa permohonan bagi Gereja universal, dengan perhatian khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan pada karya misi. Dengan cara tersebut KD menciptakan suatu kesatuan doa yang luar-biasa dari berjuta kaum beriman. Tidak ada yang lebih diharapkan lagi di masa mendatang [kecuali kesatuan doa yang demikian itu].

Bapa Suci begitu mengakui dan menghargai kekuatan KD ini sehingga beliau sendiri berkenan mengajukan Ujud Umum dan Ujud Misi setiap bulannya. KD menyambut ujud-ujud tersebut dengan penuh cinta, dan kemudian menjadikannya sebagai doa-doa yang dipersembahkan setiap hari di seluruh muka bumi.

Melalui kuasa Roh Kudus yang ber-semayam dalam hati kita

Paus Paulus VI dalam surat yang menyatakan persetujuan beliau atas Anggaran Dasar KD pasca-Konsili Vatikan II, menekankan peran penting Roh Kudus, yang tinggal dalam Gereja dan dalam diri kaum beriman (bdk. I Kor 3:16; 6:19), yang berdoa dalam hati mereka dan bersaksi bahwa mereka adalah anak-anak angkat Allah (bdk. Gal 4:6; Rom 8:15-16.26).
Sejak saat itu, seruan kepada Roh Kudus menjadi bagian integral dari persembahan-harian berjuta orang. Adalah sebuah sukacita jika menyadari bahwa transformasi yang terjadi melalui persembahan-harian dalam diri kita semua adalah sungguh karya Roh Kudus.

Dengan hati yang menyerupai Hati Yesus sendiri

“Jadikanlah hatiku seperti Hati-Mu!” Doa yang sederhana ini mengungkapkan kerinduan mendalam yang Tuhan nyalakan dalam hati kita: agar mampu mengasihi Bapa dan sesama seperti Yesus sendiri telah mengasihi mereka.

Dengan kesadaran akan hal ini, kita mesti mendengarkan sabdaNya dan merenungkan segala tindak-tanduk-Nya, sebagaimana ditulis oleh Bapa Suci pada peringatan 150 tahun KD: “Semakin seseorang belajar membiarkan doa-pribadinya diterangi oleh Sabda Allah, semakin mendalam orang itu dijiwai oleh gerak-batin Hati Kristus sendiri.”
Kebaktian kepada Hati Yesus tidak memiliki tujuan lain kecuali membuat kita semakin menyerupai Dia, percaya penuh kepada Bapa dan sekaligus penuh-perhatian terhadap sesama seperti Yesus sendiri. Keadaan jiwa semacam inilah yang hendak ditumbuh-kembangkan oleh Roh Kudus dalam hati kita.

Diteguhkan dan dibentuk oleh Kristus melalui Ekaristi

Kesatuan dengan Kristus mesti diteguhkan dan dipelihara melalui hidup sakramental. “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5).

Dalam Ekaristi, Kristus yang telah bangkit-lah yang memberikan Diri-Nya sebagai makanan dan minuman untuk membuat kita bersatu denganNya; untuk memungkinkan kita menyingkapkan-Nya kepada dunia, seperti tertuang dalam kata-kata Yohanes Paulus II kepada para direktur KD: “Kalian harus berusaha membentuk kaum Kristiani yang dibentuk oleh Ekaristi. Karena Ekaristi memberi mereka kekuatan untuk sepenuh hati merangkul segala segi kehidupan mereka bagi pelayanan kepada sesama seperti Tubuh Kristus yang dipecah-pecahkan dan Darah-Nya yang dicurahkan (bdk. Luk 22:19dst).” (Yohanes Paulus II, 1985).

Didamaikan dengan Dia dalam Sakramen Rekonsiliasi

Mengingat bagaimana Tahun Suci ditandai oleh bertambahnya minat kaum beriman terhadap sakramen rekonsiliasi, Bapa Suci mengundang seluruh Gereja untuk memberikan perhatian khusus pada karya pastoral ini. KD akan mengikuti undangan ini karena sakramen tersebut membantu kita untuk semakin mengerti Kristus sebagai Pribadi, yang melalui-Nya Allah berkenan menunjukkan kepada kita hati-Nya yang penuh belas-kasih dan berkenan sepenuhnya mendamaikan kita dengan-Nya.

Mengikuti teladan Maria

Seperti Maria, yang mempersembahkan diri seutuhnya dan dengan murah hati terhadap pribadi dan karya Sang Putera, maka melalui persembahan-harian kita pun dengan rela membuat diri tersedia bagi-Nya demi kedatangan Kerajaan-Nya.

Akhirnya, secara singkat bisa dikatakan bahwa Kerasulan Doa

§ menawarkan jalan pengudusan
§ melalui persembahan-harian
§ yang mengubah hidup kita
§ dan menyatukan kita dengan kesatuan doa kaum beriman di seluruh muka bumi
§ melalui kekuatan Roh Kudus yang tinggal dalam hati kita
§ dan yang menimbulkan kerinduan untuk memiliki hati seperti Hati Kristus,
§ sedemikian rupa sehingga karena diteguhkan dan dibentuk oleh Ekaristi § dan didamaikan dengan-Nya melalui Sakramen Rekonsiliasi,
§ kita menjadi mampu mempersembahkan diri kita seutuhnya dan dengan sepenuh hati kepada-Nya dan kepada Gereja-Nya, dengan teladan Maria, demi kedatangan Kerajaan-Nya.


Roma, 8 Juni 2003
Pada Hari Raya Pentakosta

Peter-Hans Kolvenbach, SJ
Direktur Jendral Kerasulan Doa

Tidak ada komentar: