Coba Cari

21 November 2007

Kisah - ABBAS ATANASIUS

Konon, ada seorang rahib yang mampir dan menginap di pertapaan Abbas Atanasius, di mana tersimpan sebuah perkamen Perjanjian Lama dan Baru yang indah dan mahal. Karena tergiur oleh nilainya yang tinggi maka diam-diam diambilnya perkamen itu. Ketika suatu hari Sang Abbas hendak membacanya, perkamen tadi ternyata sudah raib.

Sementara itu, si rahib tadi mau menjual perkamen yang dicurinya. Ditawarkannya perkamen tadi dengan harga delapan-belas keping emas. “Sebentar dulu,” kata calon pembeli, “biar kutanyakan dulu kepada seseorang apakah memang perkamen itu layak dihargai sedemikian mahal.”

Maka dibawanya perkamen tadi kepada Abbas Atanasius, yang menjawab: “Ya, ini perkamen yang sangat bagus. Tawaran delapan-belas keping emas cukup layak.”

Maka si calon pembeli pun memberikan delapan-belas keping emas kepada si rahib. “Ini uangmu!” katanya, “Abbas Atanasius mengatakan bahwa delapan-belas keping emas adalah layak.” Si rahib terbelalak. “Apakah Abbas juga mengatakan hal-hal lain?” tanyanya. “Tidak,” jawab si pembeli. “Maaf, aku berubah pikiran. Aku tidak akan menjualnya sama sekali,” kata si rahib.

Maka dengan cucuran air mata pergilah si rahib tadi menjumpai Atanasius untuk mengembalikan perkamen yang dicurinya. “Tidak, Saudaraku,” kata Atanasius, “kau boleh menyimpannya. Itu pemberianku untukmu.” Tetapi si rahib tadi mendesak, “Jikalau engkau tidak mau mengambilnya kembali, hatiku tidak akan pernah merasa damai.”

Sejak saat itulah dia tinggal bersama Atanasius seumur hidupnya.

(Disadur dari: De Mello, A. Taking Flight. New York: Doubleday, 1988. Hal 164-65)

Catatan: Sebutan Abbas digunakan untuk pimpinan biara-tapa pria; sedangkan untuk pimpinan biara-tapa perempuan disebut sebagai Abdis.

Tidak ada komentar: